Jumat, 30 November 2007

Medan Pertarungan Abadi

Tak bisa dihindari.Siapapun kita sesungguhnya tengah masuk dalam medan pertempuran dalam diri masing-masing. Ya, dalam diri kita ada yang sedang bergemuruh, banter bergelora, menggelegak antara dua kekuatan : fa alhamaha fujuuraha wa taqwaha .

Kekuatan fujur (durjana) selalu bertarung dengan kekuatan taqwa (kebaikan dan kebenaran). Inilah pertarungan yang abadi dalam diri setiap manusia. Ada tarikan-tarikan yang setiap hari berdinamika dalam diri sang manusia. Kadang jiwa cenderung pada tarikan taqwa dengan gampang (atas izin Allah SWT). Namun pada saat yang lain, amat boleh jadi jiwa bergeser menuju tarikan-tarikan fujur yang menjauhkannya dari cahaya iman.

Dan, terus terang, mereka yang meniti jalan ini, patut untuk selalu dan selalu memonitor kecenderungan tarikan-tarikan itu. Setiap hari. Setiap saat. Sebab, setan tak kan diam. Apalagi kepada para du`at.

Selasa, 27 November 2007

Jalan Panjang Itu Bernama Dakwah

Dakwah. Mungkin yang tergambar di kepala sebagian orang identik dengan ceramah, khutbah atau setidaknya pengajian. Tidak salah. Memang dakwah juga bisa dikerjakan dengan ceramah, khutbah maupun pengajian. Namun, itu belum titik. Masih koma. Dari definisi para ulama, dakwah kurang lebih memiliki makna sebagai upaya untuk mengajak manusia ke jalan Allah SWT dengan hikmah dan mauidzah hasanah (pengajaran yang baik) sampai seseorang meninggalkan gelap jahiliyah menuju terang Islam.

Tentu saja, dakwah tidak sesempit ceramah. Sebab, dakwah (ternyata) sebuah pilihan hidup seseorang di tengah berseliweran aneka pilihan hidup yang ditawarkan. Dan tugas manusia memang memilih satu diantara sekian banyak tawaran-tawaran kehidupan. Dakwah, dengan demikian bukan hanya urusan sederhana untuk ballighu anni walau ayah (sampaikan dariku walau satu ayat), tetapi ia lebih jauh dari itu, yakni bagaimana bisa selaras dengan pola hidup dan kiprah kesejarahan sang pelopor dakwah : Muhammad SAW. Jika begini, urusannya jadi panjang.

Begitulah, pasca menerima wahyu, sang Nabi akhir zaman yang mendapat PL (Penunjukan Langsung) dari Allah SWT itu terus dan terus berdakwah di jalan Allah sebagaimana definisi di muka. Bahkan dikatakan oleh penulis buku Tafsir Fi Dzilalil Qur`an, sang Nabi menjadi tidak lagi bisa tidur santai pasca menerima amanat kenabian itu. "Masa tidur telah berlalu wahai Khadijah," kurang lebih begitulah Rasu mulia ini menyampaikan pesan pada sang istri tercintanya.

Nah, apa yang dihadapi Nabi pasca itu ? Perubahan pola hidup. Kurang lebih itulah gambaran sederhananya. Ya, perubahan life style. Jika sebelumnya Rasulullah SAW adalah suami seorang konglomerat Makkah yang berkecukupan bahkan berkelebihan harta, hidup dengan mapan, nyaman menikmati barokah perniagaan yang melimpah. Namun, pasca kenabian, Nabi ---- dan diikuti oleh para sahabat terkasihnya--- hidup terlunta-lunta, sederhana, dikejar-kejar kaumnya sendiri, perut dalam keadaan lapar, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain tanpa kejelasan jaminan ekonomi. Bahkan beliau dan sahabat melakoni sebuah perilaku yang tidak dibayangkan sebelumnya : Perang !!!

Ya,pendeknya, dakwah ternyata adalah sebuah perjalanan panjang. Dan, terus terang saja, tak gampang menitinya. Sebab, memang sesuai dengan imbalan yang dijanjikan : swarga. Jalan panjang itu bernama dakwah.

Adalah penting, untuk menuliskan pengalaman-pengalaman di sepanjang jalan ini. Tentu bukan sekadar untuk mengejar gagah-gagahan bikin blog dan akses internet, simbol kemajuan itu. Bukan sekedar untuk tampil di dunia maya agar diakui sebagai masyarakat beradab. Bukan, bukan itu maksudku. Pengalaman sepanjang jalan ini perlu dicatat, barangkali bisa untuk wasilah buat perbaikan di masa yang akan datang. Terutama buat diriku, yang sesungguhnya cuma berbekal nekat aja ini. Yang senantiasa berkubang kebodohan demi kebodohan. Dan jika bermanfaat bagi para netter, betapa bersyukurnya aku. Wallahu `ala maa aquulu wakiil.